Dan
entah kenapa masih ada desember di tahun ini..
Hujan
semakin deras di luar sana, di setiap jalanan terlihat basah terguyur hujan.
Kembali ia pacu kendaraan roda duanya dengan laju yang lambat. Di setiap helaan
napas terdengar jelas bisikan-bisikan malam nan dingin. Sunyi namun penuh
gemerlap lampu-lampu kota.
Ia
semakin kencang memacu kendaraannya, menyalib setiap kendaraan yang melaju dan
menginjak rem dengan mendadak hingga tak sadar mobil yang ada di depannya
tiba-tiba rem mendadak. Dengan segera ia membanting stang ke kiri “Ada apa
denganku?” ia berbisik pada dirinya sendiri. Kembali ia menghidupkan mesin roda
duanya dan melaju kembali dengan kecepatan lambat.
Di
keramain kota kembali ia duduk menyendiri dan berusaha membunuh rasa sepinya.
Sebuah cafee kopi yang bisa
menghangatkan tubuhnya yang serasa mati rasa akibat kebasahan menjadi
tujuannya. Duduk dan menyeruput segelas kopi hangat, kembali pikirannya
melayang-layang. Lantunan lagu d’cinamon
yang dibawakan seorang penyanyi cafee
membuatnya semakin kesepian. Ia menundukan kepalanya d atas sebuah meja kecil
di depannya. Sepuluh menit berlalu, tiga puluh menit berlalu terbuang begitu saja tanpa ada kata. Tiba-tiba
seorang lelaki datang menghampirinya, “hai, kenalin gw Rajendra.”seraya menyodorkan tangannya. Ia pun mengangkat
kepalanya dengan enggan. Masih merasa aneh ia pun tak membalas sapaan itu.
“Boleh
duduk?” tanpa jawaban ia pun segera duduk. “sory,
dari tadi gw udh liat lu dari
arah samping disana, tapi lu ga
nengok-nengok ke arah gw.” Tak ada
alasan yang jelas dan pasti ia pun terus membisu. Mengapa orang ini
menghampiri, ia terus bertanya-tanya dalam hati. Ia pun memutuskan untuk segera
pergi dari tempat itu. Saat ia ingin beranjak lelaki itu pun berkata “kapan-kapan
kita ketemu lagi disini”.Tak ingin memperkeruh suasana ia pun segera
meninggalkan orang itu. Ia pulang dengan rasa yang sama.
Hari
itu, 28 november 2008 masih boleh ia
rasakan. Ia kembali berkelana di sudut-sudut kota, tiap persimpangan terlihat
pengemis-pengemis jalanan yang tak kenal lelah menadahkan tangannya pada
orang-orang yang berkuasa. Senyuman mereka adalah senyum keabadian yang tak
pernah di dapat para penguasa di dunia ini. Ia terus berjalan mencari senyuman
seperti pengemis itu. Mentari pagi yang sejuk membuatnya menikmati pagi itu.
Tak ada kata yang banyak ia keluarkan saat menyapa petugas sampah yang ia temui
hanya tersenyum simpul nan hangat ia berikan. Membantu ibu tua yang berusaha
untung menyebrang jalan yang sesak dengan kendaraan. Membuatnya semakin
tersenyum menjalani harinya.
Tak
pernah ia sebahagia ini, ia mengeluarkan kamera dari dalam tas ranselnya dan
memotret kehidupan di pagi ini. Trus berjalan dan berharap menemukan seseorang
itu. Masih, ia mengenangnya dan menunggunya. Ia menghirup udara yang semakin
menyesakkan dadanya hampir-hampir tak bias bernapas. “tak apa pasti kembali” ia
berusaha meyakinkan dirinya.
Malam
itu, ia kembali berjalan-jalan untuk mengisi kekosongan harinya. Tak ada hujan
ataupun malam yang dingin. Malam itu terlihat cerah di taburi bintang-bintang
berkilauan. Ia kembali menikmati kopi di tempat yang sama dua hari yang lalu.
Duduk dan memesan segelas cappuccino late hangat, sudah seminggu
berlalu tak juga ia membuka pesan di ponselnya. Ia masih ragu dan takut tak ada
jawaban, air mukanya pun berubah menjadi sendu benar saja ketika ia beranikan
diri membuka ponselnya tetap sama tak ada pesan terkirim ataupun telepon. “Apa
yang salah pada diriku” kembali ia bertanya dan menitikan air mata. Memandang
ke langit seraya meminta jawaban. Malam
ini masih ia mendengarkan alunan lagu d’cinamon
hasil request-an nya sebelum
memesan. Ia memutuskan untuk mengeluarkan kameranya untuk membuyarkan sendunya,
ia menoleh ke arah sudut kiri tepat di samping kursinya, dan benar saja lelaki
itu masih ada di sana. Ia ingat lelaki itu pernah berkata ia akan ketemu di
tempat ini lagi. Dengan segera ia memalingkan wajahnya takut orang tersebut
menghampirinya. Namun benar saja, lelaki itu datang mendekat, “hai, masih ingat
gw?”
Ia
tak menghiraukan lelaki itu dan sibuk membidik ke segala arah. Lelaki itu duduk
disebelahnya, sambil menunggu sampai kapan ia berhenti membidik dan menyadari
keberadaan lelaki itu.
Lima belas menit berlalu
Tiga puluh menit berlalu
dengan sia-sia
Empat puluh menit kemudian
“ anggita, anggita nama gw”. Lelaki itu pun tersenyum puas akhirnya ia
bersuara.
“lu rajendra kan?”.
“ia, gw rajendra. Thanks masih
inget nama gw”.
“tempat ini memang tenang,
enak buat buang kesepian”.
Ia hanya tersenyum ketika
lelaki itu mengucapkan kalimat terakhirnya.
“Gw selalu liat lu datang kesini, dan setiap dua hari atau tiga hari
sekali pasti lu ke sini, gw selalu rutin check jam-jam lu ke tempat ini dan pastinya ciri khas lu klo datang ke sini ya lagu d’cinamon itu”.
Oh God... ada apa dengan laki-laki ini kenapa sebegitu detailnya
dia tau aku, bisiknya dalam hati. Ingin rasanya tak peduli namun ia tak tega
melihat laki-laki itu terus menunggu. Dan akhirnya perkenalan dimulai semakin
hari ia semakin membuka dirinya. Mulai perlahan-lahan menutup masa lalunya. Hari-hari
semakin penuh warna, duduk bersama menceritakan kesukaan masing-masing, mendengarkan
lagu d’cinamon bersama-sama,
berjalan-jalan mendatangi tempat-tempat baru dengan hobi yang sama sebagai photographer dadakan. Ia menikmati
hari-harinya dan akhirnya di bulan desember ia merajut kasih dengan lelaki itu.
Dunianya indah dan sehangat mentari,senyum kembali menghiasi harinya.
Hingga
pada saat yang tak di duga, kekasihnya memutuskan untuk pindah tugas, awalnya
taka apa karena setiap sebulan sekali ia akan pulang demi untuk bertemu tak ada
yang salah dengan keadaan itu. Desember 2008 berlalu dengan janji setia bersama
hingga menunggu kekasihnya meminangnya di bulan Desember 2012. Kehidupan tak
ada yang berubah masih menjalin kasih dengan jarak yang terpisah jauh,
komunikasi selalu berjalan dengan lancar. Masih setiap sebulan sekali
mengunjunginya dan memanfaatkan waktu berdua. Oktober 2010, ada yang berubah
sedikit kekasihnya lama tak kunjung datang, hampir tiga bulan tak di kunjungi.
Tak apa mungkin sedang keluar negeri urusan bisnis, bisiknya dalam hati untuk
menenangkan diri. Pesannya tak di baca, ia semakin khawatir dan takut. Tak lama
dari itu kekasihnya menelpon. Lama berbincang-bincang meluapkan rasa rindu
kedua pasangan. Saat itu tak ada yang bisa menggantikan peran kekasihnya dalam
hidupnya.
Di
penghujung 2011, ia tak merasakan hal yang aneh. Ia tetap sabar menunggu dan
menunggu. Setahun lamanya kekasihnya tak datang mengunjungi, ia berjanji datang
di bulan desember dan segera meminangnya, mendengar janji itu membuatnya selalu
yakin dan tak pernah goyah. Dan akhirnya ia mulai sedikit demi sedikit
menyadari kenyataan itu, awalnya ia tak mau keluar dari lingkaran itu. Kembali
ia menyusuri sudut-sudut kota menjejaki taman kecil. Malam itu, semakin dingin
hujan kembali memasuki bulan desember, kembali memacu kendaraan roda duanya
dengan sangat kencang seakan tak pernah takut dengan kematian. Pikirannya
melayang-layang dengan penuh ketakutan, menangis tak ada gunanya apalagi bunuh
diri. Kenyataannya tak ada dibulan desember, ia berusaha mengubur
mimpi-mimpinya yang tersusun rapih. Tak pernah kembali dan tak ada kabar,
itulah kenyataannya.
Tahun
2012, malam Natal dengan lantunan lagu
christmas tree yang di bawakan oleh penyanyi cafe saat itu, ia memesan cappuccino late dan kembali memandang ke langit.mengapa masih
ada desember di tahun ini.