Minggu, 27 Januari 2013

Desember

 
Dan entah kenapa masih ada desember di tahun ini..




Hujan semakin deras di luar sana, di setiap jalanan terlihat basah terguyur hujan. Kembali ia pacu kendaraan roda duanya dengan laju yang lambat. Di setiap helaan napas terdengar jelas bisikan-bisikan malam nan dingin. Sunyi namun penuh gemerlap lampu-lampu kota.
Ia semakin kencang memacu kendaraannya, menyalib setiap kendaraan yang melaju dan menginjak rem dengan mendadak hingga tak sadar mobil yang ada di depannya tiba-tiba rem mendadak. Dengan segera ia membanting stang ke kiri “Ada apa denganku?” ia berbisik pada dirinya sendiri. Kembali ia menghidupkan mesin roda duanya dan melaju kembali dengan kecepatan lambat.
Di keramain kota kembali ia duduk menyendiri dan berusaha membunuh rasa sepinya. Sebuah cafee kopi yang bisa menghangatkan tubuhnya yang serasa mati rasa akibat kebasahan menjadi tujuannya. Duduk dan menyeruput segelas kopi hangat, kembali pikirannya melayang-layang. Lantunan lagu d’cinamon yang dibawakan seorang penyanyi cafee membuatnya semakin kesepian. Ia menundukan kepalanya d atas sebuah meja kecil di depannya. Sepuluh menit berlalu, tiga puluh menit berlalu  terbuang begitu saja tanpa ada kata. Tiba-tiba seorang lelaki datang menghampirinya, “hai, kenalin gw Rajendra.”seraya menyodorkan tangannya. Ia pun mengangkat kepalanya dengan enggan. Masih merasa aneh ia pun tak membalas sapaan itu.
“Boleh duduk?” tanpa jawaban ia pun segera duduk. “sory, dari tadi gw udh liat lu dari arah samping disana, tapi lu ga nengok-nengok ke arah gw.” Tak ada alasan yang jelas dan pasti ia pun terus membisu. Mengapa orang ini menghampiri, ia terus bertanya-tanya dalam hati. Ia pun memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu. Saat ia ingin beranjak lelaki itu pun berkata “kapan-kapan kita ketemu lagi disini”.Tak ingin memperkeruh suasana ia pun segera meninggalkan orang itu. Ia pulang dengan rasa yang sama.

Desember



Dan entah kenapa masih ada desember di tahun ini..
Hujan semakin deras di luar sana, di setiap jalanan terlihat basah terguyur hujan. Kembali ia pacu kendaraan roda duanya dengan laju yang lambat. Di setiap helaan napas terdengar jelas bisikan-bisikan malam nan dingin. Sunyi namun penuh gemerlap lampu-lampu kota.
Ia semakin kencang memacu kendaraannya, menyalib setiap kendaraan yang melaju dan menginjak rem dengan mendadak hingga tak sadar mobil yang ada di depannya tiba-tiba rem mendadak. Dengan segera ia membanting stang ke kiri “Ada apa denganku?” ia berbisik pada dirinya sendiri. Kembali ia menghidupkan mesin roda duanya dan melaju kembali dengan kecepatan lambat.
Di keramain kota kembali ia duduk menyendiri dan berusaha membunuh rasa sepinya. Sebuah cafee kopi yang bisa menghangatkan tubuhnya yang serasa mati rasa akibat kebasahan menjadi tujuannya. Duduk dan menyeruput segelas kopi hangat, kembali pikirannya melayang-layang. Lantunan lagu d’cinamon yang dibawakan seorang penyanyi cafee membuatnya semakin kesepian. Ia menundukan kepalanya d atas sebuah meja kecil di depannya. Sepuluh menit berlalu, tiga puluh menit berlalu  terbuang begitu saja tanpa ada kata. Tiba-tiba seorang lelaki datang menghampirinya, “hai, kenalin gw Rajendra.”seraya menyodorkan tangannya. Ia pun mengangkat kepalanya dengan enggan. Masih merasa aneh ia pun tak membalas sapaan itu.
“Boleh duduk?” tanpa jawaban ia pun segera duduk. “sory, dari tadi gw udh liat lu dari arah samping disana, tapi lu ga nengok-nengok ke arah gw.” Tak ada alasan yang jelas dan pasti ia pun terus membisu. Mengapa orang ini menghampiri, ia terus bertanya-tanya dalam hati. Ia pun memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu. Saat ia ingin beranjak lelaki itu pun berkata “kapan-kapan kita ketemu lagi disini”.Tak ingin memperkeruh suasana ia pun segera meninggalkan orang itu. Ia pulang dengan rasa yang sama.

Hari itu, 28 november 2008  masih boleh ia rasakan. Ia kembali berkelana di sudut-sudut kota, tiap persimpangan terlihat pengemis-pengemis jalanan yang tak kenal lelah menadahkan tangannya pada orang-orang yang berkuasa. Senyuman mereka adalah senyum keabadian yang tak pernah di dapat para penguasa di dunia ini. Ia terus berjalan mencari senyuman seperti pengemis itu. Mentari pagi yang sejuk membuatnya menikmati pagi itu. Tak ada kata yang banyak ia keluarkan saat menyapa petugas sampah yang ia temui hanya tersenyum simpul nan hangat ia berikan. Membantu ibu tua yang berusaha untung menyebrang jalan yang sesak dengan kendaraan. Membuatnya semakin tersenyum menjalani harinya.
Tak pernah ia sebahagia ini, ia mengeluarkan kamera dari dalam tas ranselnya dan memotret kehidupan di pagi ini. Trus berjalan dan berharap menemukan seseorang itu. Masih, ia mengenangnya dan menunggunya. Ia menghirup udara yang semakin menyesakkan dadanya hampir-hampir tak bias bernapas. “tak apa pasti kembali” ia berusaha meyakinkan dirinya.

Malam itu, ia kembali berjalan-jalan untuk mengisi kekosongan harinya. Tak ada hujan ataupun malam yang dingin. Malam itu terlihat cerah di taburi bintang-bintang berkilauan. Ia kembali menikmati kopi di tempat yang sama dua hari yang lalu. Duduk dan memesan  segelas cappuccino late hangat, sudah seminggu berlalu tak juga ia membuka pesan di ponselnya. Ia masih ragu dan takut tak ada jawaban, air mukanya pun berubah menjadi sendu benar saja ketika ia beranikan diri membuka ponselnya tetap sama tak ada pesan terkirim ataupun telepon. “Apa yang salah pada diriku” kembali ia bertanya dan menitikan air mata. Memandang ke  langit seraya meminta jawaban. Malam ini masih ia mendengarkan alunan lagu d’cinamon hasil request-an nya sebelum memesan. Ia memutuskan untuk mengeluarkan kameranya untuk membuyarkan sendunya, ia menoleh ke arah sudut kiri tepat di samping kursinya, dan benar saja lelaki itu masih ada di sana. Ia ingat lelaki itu pernah berkata ia akan ketemu di tempat ini lagi. Dengan segera ia memalingkan wajahnya takut orang tersebut menghampirinya. Namun benar saja, lelaki itu datang mendekat, “hai, masih ingat gw?”
Ia tak menghiraukan lelaki itu dan sibuk membidik ke segala arah. Lelaki itu duduk disebelahnya, sambil menunggu sampai kapan ia berhenti membidik dan menyadari keberadaan lelaki itu.
Lima belas menit berlalu
Tiga puluh menit berlalu dengan sia-sia
Empat puluh menit kemudian
“ anggita, anggita nama gw”.  Lelaki itu pun tersenyum puas akhirnya ia bersuara.
lu  rajendra kan?”.
“ia, gw rajendra. Thanks masih inget nama gw”.
“tempat ini memang tenang, enak buat buang kesepian”.
Ia hanya tersenyum ketika lelaki itu mengucapkan kalimat terakhirnya.
Gw selalu liat lu datang kesini, dan setiap dua hari atau tiga hari sekali pasti lu ke sini, gw selalu rutin check jam-jam lu ke tempat ini dan pastinya ciri khas lu klo datang ke sini ya lagu d’cinamon itu”.
Oh God... ada apa dengan laki-laki ini kenapa sebegitu detailnya dia tau aku, bisiknya dalam hati. Ingin rasanya tak peduli namun ia tak tega melihat laki-laki itu terus menunggu. Dan akhirnya perkenalan dimulai semakin hari ia semakin membuka dirinya. Mulai perlahan-lahan menutup masa lalunya. Hari-hari semakin penuh warna, duduk bersama menceritakan kesukaan masing-masing, mendengarkan lagu d’cinamon bersama-sama, berjalan-jalan mendatangi tempat-tempat baru dengan hobi yang sama sebagai photographer dadakan. Ia menikmati hari-harinya dan akhirnya di bulan desember ia merajut kasih dengan lelaki itu. Dunianya indah dan sehangat mentari,senyum kembali menghiasi harinya.
Hingga pada saat yang tak di duga, kekasihnya memutuskan untuk pindah tugas, awalnya taka apa karena setiap sebulan sekali ia akan pulang demi untuk bertemu tak ada yang salah dengan keadaan itu. Desember 2008 berlalu dengan janji setia bersama hingga menunggu kekasihnya meminangnya di bulan Desember 2012. Kehidupan tak ada yang berubah masih menjalin kasih dengan jarak yang terpisah jauh, komunikasi selalu berjalan dengan lancar. Masih setiap sebulan sekali mengunjunginya dan memanfaatkan waktu berdua. Oktober 2010, ada yang berubah sedikit kekasihnya lama tak kunjung datang, hampir tiga bulan tak di kunjungi. Tak apa mungkin sedang keluar negeri urusan bisnis, bisiknya dalam hati untuk menenangkan diri. Pesannya tak di baca, ia semakin khawatir dan takut. Tak lama dari itu kekasihnya menelpon. Lama berbincang-bincang meluapkan rasa rindu kedua pasangan. Saat itu tak ada yang bisa menggantikan peran kekasihnya dalam hidupnya.

Di penghujung 2011, ia tak merasakan hal yang aneh. Ia tetap sabar menunggu dan menunggu. Setahun lamanya kekasihnya tak datang mengunjungi, ia berjanji datang di bulan desember dan segera meminangnya, mendengar janji itu membuatnya selalu yakin dan tak pernah goyah. Dan akhirnya ia mulai sedikit demi sedikit menyadari kenyataan itu, awalnya ia tak mau keluar dari lingkaran itu. Kembali ia menyusuri sudut-sudut kota menjejaki taman kecil. Malam itu, semakin dingin hujan kembali memasuki bulan desember, kembali memacu kendaraan roda duanya dengan sangat kencang seakan tak pernah takut dengan kematian. Pikirannya melayang-layang dengan penuh ketakutan, menangis tak ada gunanya apalagi bunuh diri. Kenyataannya tak ada dibulan desember, ia berusaha mengubur mimpi-mimpinya yang tersusun rapih. Tak pernah kembali dan tak ada kabar, itulah kenyataannya.

Tahun 2012, malam Natal dengan lantunan lagu christmas tree yang di bawakan oleh penyanyi cafe saat itu, ia memesan cappuccino late  dan kembali memandang ke langit.mengapa masih ada desember di tahun ini.